Ular anang atau
lanang (
Ophiophagus hannah) adalah
ular berbisa terpanjang di dunia dengan panjang tubuh keseluruhan mencapai sekitar 5,7
m. Akan tetapi panjang hewan dewasa pada umumnya hanya sekitar 3 – 4,5 m saja. Ular ini ditakuti orang karena bisanya yang mematikan dan sifat-sifatnya yang terkenal agresif, meskipun banyak catatan yang menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
Ular anang juga dikenal dengan beberapa nama lokal seperti
oray totog (
Sd.), ular
tedung abu,
tedung selor (
Kal.) dan lain-lain. Dalam
bahasa Inggris disebut
king cobra (raja kobra) atau
hamadryad.
Pengenalan
Ular yang bertubuh panjang dan ramping. Sebuah laporan dari
Singapura mencatat seekor ular anang sepanjang hampir 4,8 m memiliki berat tubuh hingga 12
kg. Ular jantan cenderung lebih panjang dan besar jika dibandingkan dengan yang betina.
Coklat kekuningan, coklat
zaitun, sampai keabu-abuan di bagian atas (
dorsal) tubuh, dengan bagian kepala yang cenderung berwarna lebih terang.
Sisik-sisik bertepi gelap atau kehitaman, nampak jelas di bagian kepala. Sisik-sisik bawah tubuh (
ventral) berwarna keabu-abuan atau kecoklatan, kecuali dada dan leher berwarna kuning cerah atau krem dengan pola belang hitam tak teratur, yang nampak jelas apabila ular ini mengangkat dan membentangkan lehernya. Ular yang masih kecil berwarna lebih gelap atau kehitaman, dengan bintik-bintik putih atau kuning yang membentuk belang (garis) melintang, belang ini masih nampak samar-samar pada sebagian individu dewasa. Anak ular ini berkepala hitam dengan empat garis putih melintang di atasnya.
Kepalanya besar dengan moncong yang relatif pendek dan tumpul. Di belakang
perisai parietal (ubun-ubun), yang pada ular lain biasanya berupa sisik-sisik kecil, pada ular anang ditempati oleh
sepasang perisai oksipital
yang besar. Perisai
labial (bibir) atas 7 buah, no-3 dan -4 menyentuh mata.
Pupil mata bundar dan besar. Sisik-sisik
dorsal (punggung) dalam 15 deret di tengah badan. Sisik-sisik
ventral (perut) 215–262 buah, sisik
anal tunggal, sisik-sisik
subkaudal (bawah ekor) 80–120 buah; yang sebelah depan tunggal dan di bagian belakang berpasangan.
Jenis yang serupa
Ular-sapi besar (
Zaocys carinatus) memiliki bentuk tubuh dan warna yang mirip ular anang. Di lapangan, kedua macam ular ini mudah terkelirukan, kecuali apabila ular anang tengah menegakkan lehernya.
Penyebaran, habitat dan kebiasaan
Ular anang menyebar mulai dari
India di barat,
Bhutan,
Bangladesh,
Burma,
Kamboja,
Cina selatan,
Laos,
Thailand,
Vietnam,
Semenanjung Malaya, Kepulauan
Andaman,
Indonesia dan
Filipina. Di Indonesia ular ini ditemukan di
Sumatra, Kep.
Mentawai, Kep.
Riau,
Bangka,
Borneo,
Jawa,
Bali, dan
Sulawesi.
Ular anang didapati mulai dari dekat pantai hingga ketinggian sekurang-kurangnya 1.800 m
dpl. Ular ini menghuni aneka habitat, mulai dari
hutan dataran rendah,
rawa-rawa, wilayah semak belukar, hutan pegunungan, lahan pertanian,
ladang tua, perkebunan,
persawahan, dan lingkungan pemukiman. Ular yang lincah dan gesit ini biasa bersembunyi di bawah lindungan semak yang padat, lubang-lubang di akar atau batang pohon, lubang tanah, di bawah tumpukan batu, atau di rekahan karang.
Mangsa
Sebagaimana namanya (
Ophiophagus berarti pemakan ular), mangsa utamanya adalah jenis-jenis ular yang berukuran relatif besar, seperti
sanca (
Python) atau
ular tikus (
Ptyas). Juga memangsa ular-ular yang berbisa lainnya dan
kadal berukuran besar seperti halnya
biawak. Ular anang yang dikurung mau juga memakan daging atau tikus mati yang ditaruh di kandang ular atau digosokkan ke tubuh ular agar berbau seperti ular. Setelah menelan mangsa yang besar, ular anang dapat hidup beberapa bulan lamanya tanpa makan lagi. Ini dikarenakan laju
metabolismenya berlangsung lambat.
Ular anang berburu dengan mengandalkan penglihatan dan penciumannya. Sebagaimana ular-ular pada umumnya, ular anang membaui udara dengan menggunakan lidahnya yang bercabang, yang menangkap partikel-partikel bau di udara dan membawanya ke reseptor khusus di langit-langit mulutnya. Reseptor yang sensitif terhadap bau ini disebut
organ Jacobson. Jika tercium bau mangsanya, ular ini akan menggetarkan lidahnya dan menariknya keluar masuk untuk memperkirakan arah dan letak mangsanya itu. Matanya yang tajam (ular anang dapat melihat mangsanya dari jarak sejauh 100 m), indera perasa getaran di tubuhnya yang melata di tanah, dan naluri serta kecerdasannya sangat membantu untuk menemukan mangsanya. Ular ini dapat bergerak cepat di atas tanah dan memanjat pohon dengan sama baiknya. Mangsanya, jika perlu, dikejarnya hingga di atas pohon.
Ular anang berburu baik pada siang maupun malam, akan tetapi jarang terlihat aktif di malam hari. Kebanyakan
herpetologis menganggapnya sebagai hewan
diurnal. Sebagaimana ular
kobra yang lain, apabila merasa terancam dan tersudut ular anang akan menegakkan lehernya serta mengembangkan
tulang rusuknya sehingga kurang lebih sepertiga bagian muka tubuhnya berdiri tegak dan memipih serupa
spatula. Sekaligus, posisi ini akan menampakkan warna kuning dan coret hitam di dadanya, sebagai peringatan bagi musuhnya. Melihat postur tubuhnya ini dan gerakannya yang gesit tangkas, orang umumnya merasa takut dan menganggapnya sebagai ular yang agresif serta berbahaya, yang dapat menyerang setiap saat. Pandangan ini, menurut para herpetolog, terlalu dilebih-lebihkan dan hanya benar sebagian.
Kebanyakan ular anang, seperti umumnya hewan, takut terhadap manusia dan berusaha menghindarinya. Ular ini juga tidak seketika menyerang manusia yang ditemuinya, tanpa ada provokasi sebelumnya. Kenyataan bahwa ular ini cukup banyak yang ditemui di sekitar permukiman manusia, sementara jarang orang yang tergigit olehnya, menunjukkan bahwa ular anang tak seagresif seperti yang disangka. Walaupun demikian, kewaspadaan tinggi tetap diperlukan apabila menghadapi ular ini. Ular anang dikenal sebagai ular yang amat berbisa, yang gigitannya dapat membunuh manusia. Seperti juga ular-ular lainnya, temperamen ular ini sukar diduga. Beberapa individunya bisa jadi lebih agresif daripada yang lainnya. Demikian pula, pada masa-masa tertentu seperti pada saat menjaga telur-telurnya, ular ini dapat berubah menjadi lebih sensitif dan agresif. Telah dilaporkan adanya serangan-serangan ular anang terhadap orang yang melintas terlalu dekat ke sarangnya.
Perbiakan
Ular anang bertelur sekitar 20–50 butir, yang diletakkannya di dalam sebuah sarang penetasan terbuat dari timbunan
serasah dedaunan. Sarang ini terdiri dari dua ruangan, di mana ruang yang bawah digunakan untuk meletakkan
telur dan ruang yang atas dihuni oleh induk
betina yang menjaga telur-telur itu hingga menetas. Di
India, ular ini bertelur sekitar bulan April hingga Juli. Telur-telurnya berukuran sekitar 59 x 34
mm, yang sedikit bertambah besar dan berat selama masa
inkubasi. Telur-telur ini menetas setelah 71–80 hari, dan anak-anak ular yang keluar memiliki panjang tubuh antara 50–52
cm.
Bisa ular anang
Bisa ular anang terutama tersusun dari
protein dan
polipeptida, yang dihasilkan dari
kelenjar ludah yang telah berubah fungsi, yang terletak di belakang
mata. Tatkala menggigit mangsanya, bisa ini tersalur melalui taring sepanjang sekitar 8–10 mm yang menancap di daging mangsanya. Meskipun racun ini dianggap tak sekuat bisa beberapa ular yang lain, ular anang sanggup mengeluarkan jumlah bisa yang jauh lebih besar dari ular-ular lainnya. Percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa satu kali gigitan ular ini dapat mengeluarkan sejumlah bisa yang cukup untuk membunuh 10 orang. Beruntunglah bahwa kebanyakan gigitan ular ini pada manusia hanya memasukkan bisa dalam jumlah yang tidak fatal.
Bisa ular ini bersifat
neurotoksin, yakni menyerang sistem saraf korbannya, serta dengan cepat menimbulkan rasa sakit yang amat sangat, pandangan yang mengabur,
vertigo, dan kelumpuhan otot. Pada saat-saat berikutnya, korban akan mengalami kegagalan sistem kardiovaskular, dan selanjutnya kematian dapat timbul akibat kelumpuhan sistem pernafasan. Apabila bisa telah masuk dalam jumlah yang cukup, kematian hanya dapat dicegah dengan penanganan serta pemberian antivenin (antibisa) yang tepat dan cepat.
Ular anang dan manusia
Meskipun ular anang memiliki bisa yang mematikan dan kehadirannya ditakuti banyak orang, ia sebenarnya adalah hewan pemalu yang sedapat-dapatnya menghindari pertemuan dengan manusia.
Di wilayah sebarannya, masih ada beberapa jenis ular berbisa lainnya yang gigitannya lebih fatal dan lebih banyak memakan korban, di antaranya adalah ular
kobra kaca-tunggal (
Naja kaouthia),
bandotan puspa (
Vipera russelli), dan
ular welang (
Bungarus fasciatus).
Di
Burma, ular anang kerap digunakan dalam pertunjukan pawang ular perempuan. Wanita pawang ular itu biasanya memiliki
tato yang dibuat menggunakan tinta bercampur bisa ular, yang diyakini akan melindungi dirinya dari ularnya itu. Di akhir pertunjukannya, secepat kilat si pawang akan mencium ubun-ubun ular berbisa yang tengah menegakkan leher dan tudungnya ini.
Kini populasi ular anang di banyak tempat telah terganggu oleh kerusakan habitatnya, terutama oleh hilangnya hutan-hutan yang biasa dihuninya. Meskipun ular ini oleh
IUCN belum dimasukkan ke dalam hewan yang terancam kepunahan,
CITES telah memandang perlu untuk mengawasi perdagangannya dan memasukkannya ke dalam Apendiks II.